Saturday, February 15, 2014

Hutan di Mimpi



Walau jam menunjukan pukul 14.00 waktu setempat, namun kenyataannya kondisi diluar seperti pukul  5 dini hari. Kabut asap tebal menutupi cahaya matahari sehingga tidak dapat menyinari kota dan membuat seisi kota menjadi gelap gulita. Kabut asap tebal menerjang riau lagi pada hari itu dan membuat kota ini seperti kota mati. Cerita temanku dari Riau.

Asap yang tebal membuat dia sulit untuk bernafas. Asap yang terhirup dapat menimbulkan batuk-batuk hingga infeksi saluran pernafasan yang lebih lanjut. Karena hal tersebut, masker menjadi barang langka dan mahal disana. Seluruh penduduk riau mencari masker untuk melindungi diri dari udara yang tidak bersahabat itu.

Hawa panas membuat dia tak betah berlama-lama diluar rumah. Hawa itu membakar mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala, membuat kepalanya seakan-akan retak seperti telur rebus yang sudah matang. Bukan hanya dia sebagai manusia yang merasakan tetapi juga burung-burung tidak terlihat ada yang berterbangan di siang itu dan binatang-binatang lainnya yang biasanya ramai bersaut-sautan, semuanya diam dan membisu, bersembunyi dari hawa panas. “Seperti di mars, panas, berdebu dan tidak ada kehidupan.” kata dia menggambarkan.

Itu adalah salah satu dampak dari konversi hutan yang sedang marak terjadi di pulau Sumatera. Hutan di bakar kemudian dibangun perusahaan perkebunan kelapa sawit. Perusahaan tersebut tiap tahunnya terus bertambah dan membuat kabut asap tebal akan sering terjadi di kotanya akhir-akhir tahun ini. Tambahnya.

Sejak tahun 1970, pengundulan pada Hutan Indonesia mulai marak terjadi. Laju kehilangan dan kerusakan hutan Indonesia mencapai 2,8 juta hektar/tahun. Dan saat ini diperkirakan luas hutan Alam Indonesia hanya 28% yang tersisa. Dunia menangis, negeri ini pun harus menanggung malu ditempatkan sebagai Negara dengan tingkat kerusakan hutan terbesar di dunia. (Guinnes Book of World Record 2008). Dan yang paling tragis, Environmental performance index (EPI) tahun 2008 memberikan nilai nol bagi pengelolaan hutan.

Dahulu riau tidak begini, sambungku mengenang masa kecil disana. Hutan-hutan tumbuh lebat dan subur. Hutan memiliki berbagai ragam sumber daya alam hayati.

Di dalam hutan, banyak terdengar bunyi suara dari serangga, burung, ular, kodok yang bersaut-sautan hingga harimau yang mengaung. Walau mayoritas warna di hutan hijau, tetapi kita dapat melihat warna-warni bunga, jamur, pakis liar yang tersembunyi di balik batang dan daun tumbuhan besar.

Pernahkah kalian mengetahui makna bunyi sahut-sahutan dari siamang? Saat siamang mengeluarkan suara ke spesies lainnya di atas pohon menandakan bahwa mereka sudah kenyang sehabis mereka makan. Di tempat ramainya siamang, terdapat banyak sisa-sisa buah-buahan yang terbuang ke tanah oleh siamang. Hal ini dapat membatu saat kita sedang tersesat dan menderita kelaparan di hutan. Karena keadaan perut hewan ini serupa dengan perut manusia, sehingga kita dapat memakan buah-buah yang mereka makan.

Kemudian lintah, hewan kecil yang hidup di lumpur. Jika kamu digigit lintah, jangan kaget dan panik seperti mencabut dan menariknya langsung hingga lepas karena lintah tak akan melepaskan gigitannya dan akan menjadi luka bila kita paksakan menariknya. Gosokkan tembakau pada lintah atau semprotkan air garam yang membuat lintah melepaskan gigitannya karena lintah tidak tahan pada tembakau maupun air garam.

Lintah akan mengarahkan kepalanya ke arah timur, arah matahari. Karena lintah hidup di tengah kelembapan hutan yang dingin sehingga ia membutuhkan sumber kehangatan. Maka dari itu, kepala lintah akan selalu menuju matahari. Dengan begitu, kita akan tahu dimana timur, barat, utara dan selatan, maka lintah disebut kompas alam. Lintah akan menolongmu keluar dari kesesatan hutan.

Kupu-kupu beterbangan bebas tiada yang mengganggu, terbang bebas menyusuri setiap sisi hutan dan sesaat mereka beristirahat, meminum sari-sari bunga. Kalian tau bahwa  Kupu-kupu dapat membatu proses penyerbukan dan ada kupu-kupu yang bisa menyerbuki bunga dalam waktu yang sangat cepat sehingga bisa berguna menaikkan produktifitas perkebunan kelapa sawit.

Kemudian saat masih menjadi kepompong, ia memiliki beraneka macam warna yang dapat dimanfatkan dan dijadikan bahan tektis organis.

Kita seakan buta, bisu, tuli akan semua fakta itu, tentang kekayaan dan manfaat yang mereka berikan. Semua keserakahan dan nafsu yang kita lakukan telah merusak hutan dan kita sendirilah yang menerima dampak dari kerusakan hutan.

Yuk mulai dari sekarang kita jaga hutan kita dengan cara yang mudah yaitu hemat pemakaian kertas yang terbuat dari batang pohon dan penggunaan plastik dan barang-barang lainnya yang terbuat dari kelapa sawit dan mulai beralih pada barang-barang daur ulang yang bersahabat dan juga terlibat dalam aksi lingkungan disekitar kita. #ProtectParadise!  http://www.greenpeace.org/seasia/id/aksi-kamu/Protect-Paradise/ 
  

·         REFERENSI
·         Greenpeace.org
·         Wawancara teman dari Riau
·         Dibalik Kerusakan Hutan dan Bencana Alam. Kartodiharjo, Hariadi. 1, Jakarta: Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia, 2007
·         Belajar Beradaptasi (Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia) oleh Trikurnianti Kusumanto, Elizabeth Linda Yuliani, Phil Macoun, Yayan Indriatmoko, dan Hasantoha Adnan
·         PDF Lembar Fakta Deforestasi WWF


No comments:

Post a Comment

My 10 top favourite of coffee shop

The coffee shop is one of my favorite places to visit for do my assignment, meet my friend, place for a meeting a project, wait for someone,...